Goa Pindul



Gua Pindul adalah salah satu obyek wisata minat khusus yang terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Gua Pindul merupakan salah satu dari 7 gua dengan aliran sungai bawah tanah yang ada di Desa Bejiharjo. Gua ini berada sekitar 7 Km arah utara Kota Wonosari, atau sekitar 2 jam dari pusat Kota Yogyakarta.
            Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 m, lebar hingga 5 m, jarak permukaan air dengan atap gua 4 m, dan kedalaman air sekitar 5-12 m. Gua tersebut memiliki 3 zona. zona terang, zona remang, dan zona gelap. Para wisatawan yang menelusuri gua ini akan menempuh waktu ± 45 menit.

 Istilah lain yang digunakan untuk menyebut kata menelusuri Gua Pindul adalah Cave tubing. Cave tubing merupakan petualangan menyusuri sungai yang menggabungkan antara body rafting dan caving, Jika rafting (arung jeram) adalah kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu, maka cave tubing adalah kegiatan menyusuri sungai dengan menggunakan ban. Gua Pindul memiliki aliran air yang tenang. Oleh karena itu kegiatan cave tubing di Gua Pindul ini bisa dilakukan oleh orang dewasa maupun anak kecil. Waktu terbaik untuk melakukan cave tubing ini adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Pada pagi hari, air sungai tidak terlalu dingin, jika cuaca sedang cerah pada jam-jam tersebut akan muncul cahaya surga yang berasal dari sinar matahari yang menerobos masuk melewati celah besar di atap gua. 
Mekanismenya, setelah wisatawan mendaftar di sekretariat Desa Wisata Bejiharjo dan memilih paket wisata jelajah Gua pindul, selanjutnya wisatawan akan diminta untuk mengenakan alat keselamatan berupa jaket pelampung dan sepatu, kemudian dengan membawa ban karet yang telah disediakan wisatawan akan diajak oleh pemandu menuju mulut gua pindul. Setelah itu, pengenalan dan briefing akan dilakukan oleh sang pemandu sebelum wisatawan memulai petualangan.
Ketika tiba waktunya memulai petualangan, masing-masing peserta akan dibantu oleh pemandu mengenakan ban karet. Wisatawan tidak perlu takut basah, karena bagian tubuh yang basah hanya bagian punggung, sehingga aman bagi anda yang ingin mengabadikan suasana di dalam gua. Bagi wisatawan yang tidak bisa berenang tidak perlu khawatir karena pemandu akan mendorong ban karet yang dinaiki wisatawan. Wisatawan tak perlu susah payah untuk mengayuh pelampung, tugas wisatawan hanya menikmati sensasinya.

Sambil merasakan dinginnya air sungai di tengah gua yang minim pencahayaan, pemandu akan bercerita tentang asal-usul penamaan Gua Pindul. Menurut legenda yang dipercaya oleh masyarakat dan dikisahkan turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung, dan sungai, Joko Singlulung pun memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo. Saat masuk ke salah satu gua mendadak Joko Singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul.
Di dalam gua, wisatawan akan mulai disuguhi keindahan stalagtit dan stalagmit. Di beberapa bagian atap gua juga terdapat lukisan alami yang diciptakan oleh kelelawar penghuni gua. Semakin ke dalam, suasana semakin gelap, salah seorang pemandu terus menjelaskan  dari bagian-bagian gua, sedangkan seorang pemandu lagi membantu mendorong ban karet peserta.

Pemandu akan menjelaskan sebuah tempat yang pada zaman dahulu kala pernah digunakan orang yang beragama Buddha untuk bertapa. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan berupa arca, dan satu lagi, di depan tempat tersebut terdapat sebuah batu yang menurut mitos dapat menambah keperkasaan lelaki. Percaya atau tidak itu hanya mitos yang beredar di masyarakat. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati atap gua yang indah, atap ini terkenal dengan nama Air Mutiara dan sekali lagi menurut mitos air yang menetes dari stalagtit tersebut dapat membuat awet muda bagi wanita yang meminumnya ataupun melewatinya.
Semakin ke dalam, lorong gua semakin menyempit dan hanya bisa dilewati seukuran satu ban sehingga wisatawan akan melewatinya satu persatu secara bergantian. Setelah melewati lorong ini, wisatawan akan disambut dengan sekelompok stalagtit yang cukup indah yang membentuk mirip tirai sehingga dinamakan hiasan batu tirai
Saat melakukan susur gua ini, wisatawan akan menemukan sebuah stalagtit yang sudah menyatu dengan stalagmit sehingga tampak seperti sebuah pilar dengan ukuran lebar lima rentangan tangan orang dewasa (Soko Guru). Stalagtit ini merupakan stalagtit yang terbesar di Gua Pindul dan mempunyai peringkat no 4 di dunia. Selain itu, Stalagmit dan stalagtit yang menyatu tersebut memiliki peringkat terbesar ke-4 di dunia, butuh 5 orang untuk melingkarinya, bahkan celahnya hanya cukup dilewati satu orang saja. Besar ditengah-tengah gua yang katanya sebagai tiang gua.


Kegelapan semakin pekat, inilah zona yang disebut sebagai zona kegelapan abadi. Di sini sesaat pemandu akan mematikan lampu dan mengajak anda untuk merenung sejenak, dan yang menarik bagi wisatawan yang datang bersama pasangannya, akan diberikan waktu sesaat oleh pemandu untuk berduaan  mengungkapkan rasa cintanya.
Memasuki zona terakhir yang disebut juga gua vertical atau juga disebut luweng. Wisatawan dipersilahkan untuk beristirahat sejenak dan bagi yang bisa berenang akan dipersilahkan untuk berenang tapi dengan syarat tetap mengunakan jaket pelampung. Setelah itu, wisatawan akan meninggalkan gua vertical, bagi yang bisa berenang diperbolehkan berenang sampai di mulut keluar gua dan di luar inilah tempat di mana wisatawan dapat berenang sepuasnya. Bagi wisatawan yang memiliki keberanian lebih, dapat meloncat dari atas tebing. Wisatawan tersebut tidak perlu khawatir terbentur batu, karena kedalaman sungai mencapai 15 meter. Sekali lagi tetap harus mengenakan pelampung dan dengan pengawasan pemandu.
Tempat keluar gua ini juga disebut sebagai Bendungan Banyumoto. Bendungan ini dibangun sejak jaman Belanda dengan latar belakang perbukitan karst pun menyambut.